
Di tengah derasnya arus film modern yang penuh efek visual, Solata hadir dengan kesederhanaan yang justru menyentuh hati. Film ini bukan sekadar tontonan, tapi sebuah perjalanan batin tentang persahabatan, tradisi, dan hubungan manusia dengan alam.
Solata berkisah tentang sekelompok sahabat di pedesaan Sulawesi yang berjuang menjaga persahabatan mereka di tengah perubahan zaman. Saat tradisi dan modernitas saling bertabrakan, mereka belajar arti kehilangan, pengorbanan, dan cinta terhadap tanah kelahiran.
Film ini menonjolkan kearifan lokal Sulawesi dengan visual alam yang memukau—gunung, sungai, dan desa yang masih lestari. Solata juga memperkenalkan nilai-nilai budaya Bugis yang mungkin jarang diketahui penonton luar, seperti makna persahabatan sejati dan penghormatan pada alam.

Para pemain tampil alami, seolah benar-benar hidup di dunia Solata. Setiap dialog terasa tulus, terutama dalam menggambarkan dinamika persahabatan yang hangat tapi juga penuh konflik batin.
Pengambilan gambar dengan cahaya alami membuat setiap adegan terasa hidup. Ditambah musik tradisional yang lembut, Solata berhasil mengajak penonton merasakan ketenangan sekaligus haru.
Solata mengingatkan kita untuk tidak melupakan akar budaya dan pentingnya menjaga hubungan antarmanusia di tengah dunia yang semakin individualis. Film ini sederhana, tapi meninggalkan kesan mendalam.
Jika kamu mencari film Indonesia yang jujur, hangat, dan penuh makna, Solata adalah pilihan yang tak boleh dilewatkan. Tontonlah dengan hati terbuka—siapa tahu kamu menemukan “solata” (teman sejati) dalam dirimu sendiri.