Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengungkapkan dukungannya terhadap pembangunan bioskop di Aceh, sebagai bagian dari upaya mendongkrak industri film Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Fadli juga menyinggung negara-negara Islam, seperti Qatar dan Arab Saudi, yang telah sukses membangun bioskop meski memiliki peraturan ketat.
Fadli memulai diskusinya dengan menyoroti perkembangan industri film Indonesia yang semakin berkembang pesat. Meskipun platform Over the Top (OTT) dan aplikasi streaming memungkinkan masyarakat untuk menonton film di rumah, menurutnya, bioskop tetap memiliki peranan vital dalam memperkuat ekosistem film nasional.
“Bioskop tetap menjadi platform yang penting, meskipun sekarang banyak orang menonton melalui OTT atau aplikasi lain di rumah mereka,” ujar Fadli saat ditemui setelah acara Sarasehan Budaya di Phytagoras Hall, Taman Pintar, Yogyakarta.
Ia menjelaskan bahwa bioskop masih menjadi pilihan utama bagi banyak orang di seluruh dunia. “Bioskop di banyak negara masih sangat dibutuhkan, dan kita justru kekurangan bioskop-bioskop tersebut di sini,” tambahnya.
Mengenai pembangunan bioskop di Aceh, Fadli mengakui adanya hambatan terkait dengan peraturan daerah (Qanun) yang ada di Provinsi Aceh. Meski demikian, ia menegaskan bahwa usulan ini masih bersifat saran dan berharap ada ruang untuk adaptasi terhadap kebijakan setempat.
“Saya sudah menyampaikan saran ini kepada Wakil Gubernur terpilih. Memang di Aceh ada kendala terkait Qanun, tapi saya yakin bisa ada solusi dengan adaptasi yang baik,” jelasnya.
Fadli kemudian mencontohkan beberapa negara di Timur Tengah, seperti Doha dan Arab Saudi, yang sudah memiliki bioskop meskipun di negara-negara tersebut ada peraturan ketat terkait budaya. “Jika di Doha dan Arab Saudi bisa membangun bioskop, mengapa di Aceh tidak bisa?” ujarnya penuh harapan.
Menurutnya, bioskop di Aceh tidak hanya akan menguntungkan industri film lokal, tetapi juga akan menjadi tempat hiburan yang penting bagi masyarakat setempat.